Allah
menciptakan manusia sebagai penghuni bumi ini bertujuan untuk beribadah
kepada-Nya dan untuk menegakkan keadilan. Demi mewujudkan tujuannya ini manusia
diperintahkan untuk mempelajari isi al-Qur’an agar hidupnya terarah dan menjadi
yang mulia. Dalam hal ini manusia dikategorikan menjadi dua. Pertama,
golongan orang yang mulia (baik). Kedua, golongan orang yang
kurang baik prilakunya.
Abu Hatim
dalam kitab Raudhatul Uqala menjelaskan tentang perbedaan karakter orang
yang mulia dan orang yang hina, diantaranya adalah:
Pertama, Orang mulia akan semakin
lembut bila orang lain berbuat baik padanya, sebaliknya orang yang hina
akan semakin keras hatinya bila orang lain lebih baik darinya.
Kedua, orang mulia akan menghormati
orang yang lebih tinggi derajatnya, baik dalam ilmu ataupun kedudukan,
sebaliknya orang yang hina selalu meremehkan siapapun termasuk yang lebih baik
darinya.
Ketiga, orang mulia tak akan
meremehkan siapapun walau lebih rendah derajatnya. sebaliknya orang yang hina
akan selalu mencela orang yang lebih rendah darinya.
Imam as-Sya'bi
menambahkan bahwa orang yang mulia selalu mengedepankan kasih sayang, bukan
mengedepankan kekerasan, serta menjauhkan permusuhan yang berawal dari
perbedaan.
Realita saat
ini, banyak anak yang lebih mulia kedudukannya dibanding orang tuanya, begitu
juga sebaliknya, orang tua lebih mulia namun anaknya tak mampu mengikuti,
bahkan untuk menyamai prilaku orang tuanya. Banyak Orang miskin lebih prihatin
dalam mementingkan sosial daripada orang yang kaya akan materi, namun pelit
dalam berkontribusi.
Semuanya tergantung
kepada manusianya, apa ia mau menjadi makhluk yang mulia ataupun manusia yang lebih hina derajatnya, lebih
rendah daripada hewan melata.
Lorong senyap,
11-10-2018