Angin: Salah Satu Sumber Kehidupan

ilustrasi:pixabay.com

Allah menjadikan segala sesuatu pasti menyimpan banyak hikmah, sayangnya manusia mempunyai keterbatasan sehingga ia tak mau dalam menggalinya secara mendalam, disebabkan
kurangnya pengetahuan, atau karena faktor lain, misalnya mempunyai sifat malas yang sering menyebabkannya orang tertindas, tergerus oleh perubahan arus, makanya banyak Ayat di dalam Al Qur’an yang isinya mengingatkan, mengkritik manusia untuk selalu berfikir, menggali pengetahuan agar tak buta mata hatinya, dan cepat membaca tanda kebesaranNya. Allah berfirman dalam Surat Ar Rum, Ayat 46:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (46)
Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya; mudah-mudahn kamu bersyukur.(46)

Menurut Imam Ibnu Kasir, ayat ini menjelaskan bahwa Allah memperlihatkan kekuasaan, dan keagunganNya tentang nikmat yang telah diberikan kepada manusia berupa angin dengan beberapa tujuan dan hikmah didalamnya:
Pertama, Allah menjadikan angin sebagai penyejuk suasana(مُبَشِّرَاتٍ), seumpama tak ada hembusan angin niscaya akan banyak wabah penyakit yang menyebabkan kerusakan, hal ini seperti penjelasan Imam Thobari dalam Tafsirnya.
Kedua, Allah menurunkan rahmat berupa air hujan melalui perantaraan angin, serta memberikan banyak manfaat yang lain.
Ketiga, dengan adanya angin, Allah memudahkan para nelayan atau orang yang beraktifitas di laut, perahu atau kapal yang mereka gunakan bisa berlayar sehingga sampai tujuan.
Keempat, untuk memudahkan manusia dalam mencari kebutuhannya, baik dalam urusan ekonomi, maupun tranportasi laut.
Kelima, Allah menganugerahkan nikmatNya berupa angin, agar manusia bersyukur atas karuniaNya, sehingga mejadi hamba yang taat, tidak termasuk hamba yang kufur. Hal ini sebagai kritikan terhadap orang kafir Makkah saat itu, ketika mereka berlayar, kemudian ada badai dilautan, mereka berdoa dengan khusyu’ kepada Tuhannya, namun tatkala selamat sampai tujuan, mereka kembali mengingkari Nikmat Tuhannya. Kejadian ini diabadikan dalam Surat Al Ankabut 65-66:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ (65لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ وَلِيَتَمَتَّعُوا ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (66)
Artinya: Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah) (65) agar mereka mengingkari nikmat yang telah Kami berikan kepada mereka dan agar mereka (hidup) bersenang-senang (dalam kekafiran). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya). (66)

Imam Thobari menjelaskan bahwa orang-orang Musyrik ketika berlayar dilaut. Kemudian mengalami musibah samapai mau tenggelam atau akan terkena badai, maka mereka berdoa kepada Allah agar diberikan keselamatan, anehnya mereka tak meminta bantuan kepada sesembahan yang selalu dipuja. Namun tatkala selamat dari musibah, mereka kembali menyekutukan Allah lagi dengan menyembah berhala lagi.

Maka dari itu, kita sebagai mausia yang telah mengenal keagungan Allah, seyogyanya ia bersyukur dengan menjalankan perintahnya, dan selalu mengingatNya  disaat lagi susah maupun dalam situasi yang mudah.

Oleh: Moh Afif Sholeh

Lorong Senyap, 04 Mei 2018