Seorang Nabi maupun Rasul juga manusia biasa, kadang
sedih, senang, serta bahagia bila melihat keturunan, maupun Umatnya selalu taat
kepada Allah dengan mengikutinya. Ujian yang mereka hadapi berbeda dengan yang
lain, ada yang dari faktor internal, seperti anak, istri maupun keluarga yang
lain. Begitu juga dari ujian dari luar(eksternal) misalnya dari kaumnya, maupun
penentang-penentangnya.
Salah satu ujian yang diberikan oleh Allah kepada Nabi
Zakaria adalah lama tak mempunyai keturunan sampai menginjak masa tuanya.
Beliau tak bosan untuk berdoa agar diberi keturunan, karena melihat kondisi
umatnya yang susah diatur, banyak kemunkaran dimana-mana, sedangkan kondisi
istrinya divonis mandul, beliau hanya Tawakkal serta tak henti-hentinya untuk
berusaha agar diberi keturunan. Kisah ini tertuang dalam Al Qur’an Surat Maryam
yang berbunyi:
إِذ
نادى رَبَّهُ نِداءً خَفِيًّا ﴿٣﴾ قالَ رَبِّ إِنّي
وَهَنَ العَظمُ مِنّي وَاشتَعَلَ الرَّأسُ شَيبًا وَلَم أَكُن بِدُعائِكَ رَبِّ
شَقِيًّا ﴿٤﴾ وَإِنّي
خِفتُ المَوالِيَ مِن وَرائي وَكانَتِ امرَأَتي عاقِرًا فَهَب لي مِن لَدُنكَ
وَلِيًّا ﴿٥﴾ يَرِثُني
وَيَرِثُ مِن آلِ يَعقوبَ وَاجعَلهُ رَبِّ رَضِيًّا﴿٦﴾
Artinya: yaitu tatkala ia
berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut(3). Ia
berkata "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya
Tuhanku(4). Dan sesungguhnya aku
khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang
mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera(5), yang akan mewarisi aku dan mewarisi
sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang
diridhai".(6)
Menurut Syeh Nawawi Al
Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid, ayat diatas menjelaskan tentang
tawassulnya Nabi Zakaria agar diberikan keturunan. Ia merasa bahwa dirinya sudah
tua renta, dan lemah fisiknya. Nabi
Zakaria merasa khawatir bila
tak ada
pengganti setelahnya, karena
anak-anak pamannya akan merebut kedudukannya dan mengganti ajaran agama yang ia
sudah ajarkan kepada Umatnya, karena mereka termasuk keturunan yang sering
membuat onar dan perpecahan.
Sedangkan menurut Imam Qurtubi menjelaskan ayat diatas
berkenaan doa Nabi Zakaria meminta keturunan dengan tujuan untuk menyebarkan
agama, dan melanjutkan misi kenabian, serta untuk mendapatkan pahala ahirat,
dan Allah pun mengabulkannya dengan diberikan putera walau usianya sudah sangat
udzur setelah ia melihat kejadian yang aneh saat memasuki Mihrab, disana banyak
buah-buahan, kemudian ia bertanya kepada Siti Maryam:”dari mana asal
buah-buahan ini, wahai Maryam?”.
Kemudian Maryam menjawab:”semua ini datangnya dari
Allah.”
Mendengar cerita ini, Nabi Zakaria lalu berdoa dengan
khusu’ di tempat itu. Hal ini sesuai pernyataan Imam Suyuti dalam kitabnya, Al
Isyabah Fi Al Da’awat Al Mustajabah, beliau memaparkan bahwa doa yang
dikabulkan oleh Allah, diantaranya berkaitan dengan tempatnya, seperti Multazam,
Raudhah, dan Mihrab tempat tinggal Siti Maryam, seperti dalam Al Qur’an Surat
Ali Imran Ayat 38:
هُنَالِكَ دَعَا
زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38)
Artinya:
Di
sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah
aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar
doa".
Ibnu Asyur menambahkan bahwa Nabi Zakaria melihat ada
hikmah yang luar biasa di tempat itu, maka ia berdoa dengan keyakinan doanya
dikabulkan walaupun itu mustahil adanya menurut logika manusia.
Dalam kejadian ini Nabi Zakaria bertawassul dengan
beberapa hal Pertama, Ia bertawassul akan kelemahan pada dirinya
dengan menyebutkan ketidakberdayaan badannya, serta telah memutih rambutnya,
ini sebagai bentuk pengakuan diri bahwa Allahlah yang Maha Kuasa dan perkasa
mewujudkan segala yang ia kehendaki. Kedua, ia memperlihatkan
karunia Allah berupa nikmat doa yang selalu dikabulkan olehNya. Sikap ini
mencerminkan bahwa Nabi Zakaria merupakan orang yang selalu mensyukuri
nikmatNya. Ketiga, ia merasa khawtir bila perjuangannya tak ada
yang melanjutkan, ini sebagai bentuk kepeduliannya terhadap kaumnya agar tak
tersesat jalannya. Keempat, ia berdoa ditempat yang diberkahi
oleh Allah sehingga doanya menjadi dikabulkan.
Dari kisah diatas Nabi Zakaria merupakan seorang Nabi
yang sangat penyabar, serta sangat perhatian terhadap keluarga dan kaumnya.
Oleh: Moh Afif ShOLEH
Lorong Senyap, 25 April 2018