Menyeimbangkan Urusan Dunia dan Akhirat
oleh: Moh Afif Sholeh
Suatu
ketika Nabi Muhammad mendengar kabar bahwa Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa setiap
hari, serta selalu sholat malam, kemudian Nabi bertanya kepadanya:” apakah kamu
menjalankan yang demikian itu”.
Lalu
ia menjawab: “betul, wahai Nabi.”
Nabi
lalu menasehatinya, bahwa jasadmu mempunyai hak, begitu juga matamu mempunyai
hak yang harus terpenuhi, apalagi keluargamu yang harus kamu penuhi hak-haknya.
Hal ini seperti Hadis yang diriwayatkan oleh imam Bukhori dalam kitabnya, Al
Jami’us Shohih, bab haq al jism fi al syaum.
Kisah
diatas memberi isyart kepada kita bahwa
manusia harus pintar dalam membagi waktu, dan tak terlalu berlebihan dalam urusan ibadah atau disebut Guluw, sehingga kita mampu membagi kewajiban dan hak orang lain yang harus terpenuhi.
manusia harus pintar dalam membagi waktu, dan tak terlalu berlebihan dalam urusan ibadah atau disebut Guluw, sehingga kita mampu membagi kewajiban dan hak orang lain yang harus terpenuhi.
Dunia
memang sangat berarti bagi manusia, karena merupakan ladang menuju Akhirat, yaitu
tempat menanam, serta tempat investasi. Banyak orang yang tergoda, bahkan
lalai, mabuk dengannya, sampai meninggalkan kewajiban-kewajiban yang harus ia kerjakan, seperti seorang Suami
yang lupa akan kewajibannya untuk menafkahi istri dan anaknya atau sebaliknya
seorang anak terlena sampai lupa kewajibannya untuk menghormati dan mendoakan
orang tuannya.
Begitu
juga Pejabat yang tersihir oleh
gemerlapan dunia sampai ia lupa tanggung jawabnya terhadap atasan maupun
bawahannya. Ulama' pun kadang ada yang terlena akan kemegahan dunia sampai berani
menjual identitas dirinya sebagai penuntun Umatnya, itulah dunia selalu merayu siapapun yang terlena dengannya.
Maka
beruntunglah orang yang selalu ingat tujuan hidupnya, ia selalu waspada dan
mengarahkan dirinya agar tak terkena racunnya, sehingga kesempatan hidup di
dunia ini dipergunakan secara maksimal.
Dalam
hal ini, Al Qur'an memberi peringatan bahwa Akhirat itu sangat penting, begitu
juga urusan dunia tak kalah pentingnya, tinggal kita mampu menyesuaikan
serta mengkombinasikan agar urusan dunia dan akhirat berjalan bersamaan,
seperti potongan ayat dalam Surat Al Qoshos, Ayat 77 yang berbunyi:
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi.
Menurut
Imam Ibnu Kasir bahwa ayat ini menjelaskan tentang pentingnya menggunakan harta
benda untuk menambah ketaatan kepada Allah supaya mendapatkan pahala di akhirat
kelak, serta tak melupakan urusan dunianya, dengan menempatkan hak orang lain
yang harus diberikan baik kepada Tuhannya, dirinya, bahkan kepada keluarganya. Sedangkan
menurut Bagowi dalam Tafsirnya yang mengutip pendapat Imam Suday menjelaskan
dengan sedekah dan silaturrahmi.
Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Akhirat sangat penting, namun dunia tak
kalah penting, ibadah merupakan keharusan, begitu juga kerja untuk mencukupi
kebutuhan keluarga juga kewajiban,
keduanya harus saling melengkapi, dan tak bisa dipisahkan. Shalat penting,
namun tak ada alasan untuk meninggalkannya, Cuma gara-gara alasan kerja, atau
banyak proyek di meja.
Islam
mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat, terutama umat islam
harus tangguh dalam berbagai bidang, tak hanya dalam urusan akhirat saja, namun
segala lini kehidupan, baik sosial, budaya, maupun ilmu pengetahuan, sehingga
mampu berdiri sendiri, tak menggantungkan orang lain.
Gang
Mujair 6,22 April 2018, 22.36 Wib.