Istiqomah: Kunci tak gila Popularitas


agnia afra belajar mengaji


Oleh: Moh Afif Sholeh

Hidup di dunia ini merupakan ujian untuk manusia, mau bersyukur atau menjadi makhluk yang kufur, karena Allah sudah menyediakan semua yang ia butuhkan. Jika ia mengetahui hal demikian ia selalu berusaha menggunakan kesempatan sebaik-baiknya agar mendapatkan derajat yang mulia di hadapan Tuhannya maupun sesama manusia.

Dalam diri manusia ada segudang ambisi untuk selalu terdepan, menjadi pemenang bahkan ingin  menjadi terkenal popularitas baik harum nama, serta ilmunya. Hal ini merupakan naluri yang wajar, namun menurut persepektif  agama selalu mengarahkan manusia kepada hal yang positif dengan menggunakan segala kemampuan untuk mencari ridho Allah sebagai landasannya, dengan tujuan jangka panjang, tak hanya di dunia saja, namun sampai akhirat, karena kenikmatan duniawi tak kekal dan ada keterbatasan(limited), maka sayang bila ia terkecoh dengan kenikmatan sesaat.

Imam Qusyairi dalam kitabnya, Risalah Al Qusyairiyah mengutip perkataan seorang ulama’ besar yang bernama Dzun Nun Al Misri, beliau pernah berkata: ada tiga tanda yang menunjukkan keikhlasan seseorang, Pertama, tak terbuai dengan pujian serta tak menciut atas cercaan orang lain. Kedua, melupakan amalan-amalan yang ia telah kerjakan, supaya tak merasa ujub(bangga) dengan amalnya. Ketiga,  ia berusaha melupakan balasan pahala amal akhirat, karena selalu khawatir amalnya tak diterima oleh Allah.

Dari penjelasan diatas, kita mengetahui bahwa seseorang yang konsisten dalam beramal, serta mempunyai tujuan yang jelas dan pasti, ditambah mental yang kuat seperti baja, maka ia tak gila akan pujian, jabatan, apalagi penghormatan sesaat. Dalam urusah akhirat, ia tak pernah merasa bangga dengan apa yang telah ia lakukan, baik berupa ibadah, doa maupun muamalah dengan manusia, karena ia merasa takut amalannya tak diterima alias sia-sia.
Imam Qusyairi juga mengutip pendapat Abu Ali Addaqqaq yang membagi Istiqomah menjadi tiga tingkatan:
  1. Taqwim, yaitu beristiqomah dalam mendidik, mengajari nafsu dalam diri manusia.
  2. Al Iqomah, yaitu berusaha selalu untuk membersihkan hati dan menjaganya dari segala kemaksiatan, dosa, atau segala bentuk kejahatan.
  3. Al Istiqomah, memaksimalkan diri dalam menguak tabir, rahasia tersembunyi untuk lebih dekat mengenal dengan Allah.
Hal ini sesuai dengan sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang berbunyi:

عَÙ†ْ عَائِØ´َØ©َ Ù‚َالَتْ Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ صَÙ„َّÙ‰ اللهُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ø£َØ­َبُّ الْأعْÙ…َالِ Ø¥ِÙ„َÙ‰ اللهِ تَعَالَÙ‰ Ø£َدْÙˆَÙ…ُÙ‡َا ÙˆَØ¥ِÙ†ْ Ù‚َÙ„َّ. رَÙˆَاهُ البخاري Ù…ُسْÙ„ِÙ…ٌ .

Artinya: diriwayatkan dari Siti Aisyah berkata:Rasullah bersabda: amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang istiqomah, terus menerus, walau hanya sedikit. (H.R.Bukhori Muslim).

Menurut Imam Munawi dalam Kitab Faidul Al Qodir, Syarah Al Jami’ Al Shogir menjelaskan bahwa amalan yang sedikit tapi dilakukan secara istiqomah akan menjadi peyamangat diri, dan tak memberatkan bagi yang mengerjakan, sehingga ia selalu dekat Tuhannya.
Dari penjelasan diatas, istiqomah dalam amal kebaikan menjadi bukti seseorang tangguh menghadapi apapun, sebesar apapun sanjungan atau hinaan tak akan merubah pendiriannya.