Manusia yang Beruntung di hadapan Allah



Manusia yang Beruntung di hadapan Allah
Oleh: Moh Afif Sholeh

Foto: Penulis di depan Masjid Agung Tuban

               Al Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Sebagai petunjuk bagi beliau dan umatnya, khususnya orang orang yang mau menerima kebenaran Kitab tersebut,  karena pada hakikatnya sebuah petunjuk(hidayah) diberikan oleh Allah kepada hambanya yang mau berusaha mendapatkannya,  seperti tertuang dalam Surat Al-Ankabut 69 yang berbunyi:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
               Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik.
               Seorang Mufassir Asal Indonesia yang bernama Syeh Nawawi Al Bantani menjelaskan ayat ini, bahwa orang orang yang berusaha menjalankan ketaatan kepadanya,  maka Allah akan tunjukkan cara untuk mendapatkan keridhoanNya. Dalam Ayat ini Allah memaparkan 3 karakter manusia: Pertama, orang-orang yang jauh dari Penciptanya yaitu orang yang mengingkari adanya Tuhan. Kedua, orang orang yang berusaha mencari kebenaran Tuhannya dengan berbagai argumen maupun ilmu pengetahuan, serta mendapatkan petunjuk dariNya. Ketiga, orang orang yang di cintai oleh Allah, mereka merasa selalu dekat denganNya,  dan mendapatkan pancaran ilmu dariNya.
Dari penjelasan diatas bahwa, untuk menjadi hamba yang selalu disayangi dan dekat denganNya,  maka harus berusaha untuk mendapatkan PetunjukNya, sehingga menjadi manusia yang benar dalam menjalankan perintah maupun menjauhi larangan kepadaNya. Hal ini sesuai dengan Surat Al Baqarah Ayat 1-5 yang menjelaskan tentang ciri ciri orang yang mendapatkan petunjuk dari penciptanya agar beruntung Dunia Akhiratnya, yaitu:
a.   Orang-orang yang beriman akan adanya Alam Gaib, alam yang tidak bisa di raba oleh panca indera,  maupun memakai pendekatan logika manusia, seperti adanya Allah Sang Pencipta yang tidak sama dengan ciptaanNya, Malaikat, Surga, Neraka, dan lain sebagainya. Ayat ini menjelaskan tentang keterbatasan manusia, hanya mampu memahami sesuatu yang berwujud dan bisa dicerna oleh akal saja, namun banyak dimensi yang belum terjawab olehnya, terutama ajaran Agama, sebagiannya mengajarkan akan hal yang gaib, terutama doa-doa yang telah kita hafal sejak kecil namun tak tahu maksud dan arti doa tersebut, misalkan doa yang dibaca saat memasuki kamar mandi yang berbunyi:
اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث
Artinya: ya Allah, aku meminta perlindungan kepadamu dari Syaitan laki dan Syaitan perempuan.

Doa ini bila dicermati secara mendalam mengajarkan kita untuk selalu waspada akan godaan Syaitan yang tak terlihat mata kita, namun keberadaan mereka tak diragukan lagi, terutama di tempat tempat yang dikenal kotor, kumuh.

Dalam ayat ini ada pendapat yang menafsiri kataالغيب  yang berarti hati, maksudnya orang orang yang beriman dengan hati mereka, bukan dengan lisan saja.
b.   Orang orang yang menjalankan Shalat lima waktu dengan memenuhi syarat dan rukunnya, serta menyempurnakan sunnahnya, karena di dalamnya tertuang banyak hikmah diantaranya:
1.      Membangun hubungan yang intens dengan Tuhannya(Dzikir) sebagai tempat untuk berkeluh kesah urusan duniawai maupun Ukhrawi(akhirat).
2.      Untuk meredam perbuatan yang negatif dari dalam diri, maupun kejahatan yang bersumber dari sekitarnya.
3.      Mengajarkan manusia untuk saling menghargai tanpa melihat status sosial seseorang. Hal ini tergambar dalam ucapan salam orang yang Shalat sambil menolehkan ke kanan dan ke kiri, walau sekelingnya ada orang atau tidak, dikenal atau tidak, semuanya sebagai makhluk yang sama di sisiNya, yang membedakan hanya ketakwaannya saja.
c.    Orang orang yang mau mendermakan sebagian hartanya, baik yang wajib, seperti: Zakat Fitrah, Zakat Mal, atau sedekah yang Sunnah, seperti: memberi santunan kepada fakir miskin, atau mengalokasikan untuk penyembelihan hewan qurban, merupakan bentuk pembuktian diri terhadap nikmat yang telah diberikan kepadanya. Perintah Shalat selalu beriringan dengan perintah Zakat. Hal ini sebagai gambaran bahwa manusia hidup perlu menjaga dengan baik hubungan dengan Allah(hubungan vertikal) dan juga hubungan dengan sesama manusia(hubungan horizontal), sehingga terwujud keseimbangan dunia dan akhirat.
d.   Orang yang mengimani kebenaran Al Qur’an dan Kitab-Kitab Nabi terdahulu dengan cara 3 M:
1.      Membaca. Hal ini sesuai anjuran Nabi bahwa orang yang membaca satu huruf saja akan mendapatkan sepuluh kebaikan, dan sebaik-baik umat Nabi yaitu orang yang mau belajar Al Qur’an dan mengajarkannya. Sungguh besar penghargaan yang diberikan kepada mereka.
2.      Memahami isinya. Membaca saja tidak cukup, harus ada kemampuan untuk memahami isi kandungannya sehingga kita mendapatkan pemahaman yang benar yang dilandasi seperangkat ilmu yang mendukung, mulai ilmu Al Qur’an, Ilmu Tafsir, dan lainnya, serta terjemah Al Qur’an tidak cukup memadai untuk mendapatkan pemahaman yang benar, maka harus di gali ilmu pendukung lainya.
3.      Mengamalkannya. Yang terpenting dari turunya Al Qur’an adalah mengamalkan isinya agar manusia selalu mendapat petunjuk dan penuntun hidup guna menghadapi masa yang akan datang yang belum terang jalannya.
Tiga kombinasi diatas: membaca, memahami, dan mengamalkannya, diharapkan menjadi sebuah langkah konkrit untuk menambah keimanan kita kepada Al Qur’an.
Sedangkan mengimani kitab Nabi terdahulu, seperti Taurat, Injil, dan Zabur sekedar percaya bahwa kitab itu diberikan kepada para Nabi, karena kitab yang asli sudah tidak  ada lagi.
e.  Orang orang yang meyakini akan adannya hari Qiyamat, mulai dibangkitkannya orang mati dalam kubur, sampai prhitungan amal manusia.

Penjelasan diatas sebagai gambaran bagi orang yang mau mendapatkan hidayah dari Tuhannya, dengan menjalankan perintah serta menjauhi larangannya, sehingga menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, karena hidayat yang Allah berikan tidaklah gratis, tapi dengan usaha yang maksimal untuk meraihnya.


  Lorong Senyap, 29 Agustus 2017, 15.31 Wib.