Surat Al Fatihah: Gambaran Umum Al Qur’an
Oleh:
Moh Afif Sholeh
Al Qur'an Kitab
suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat beliau, dan
sebagai petunjuk untuk menuju jalan kebenaran, merupakan anugerah yang luar
biasa bagi Umatnya, membacanya dikategorikan termasuk ibadah, apalagi sampai
dikaji, ditelaah, yang kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
merupakan bukti cinta kita kepada Allah dan RasulNya.
Al Qur'an kitab
suci yang penuh hikmah sebagai sumber pengetahuan, baik ilmu agama, maupun ilmu
yang lain. Semua kandunganya tertuang dalam Surat Al Fatihah(pembuka), hal ini
sesuai pernyataan Imam As Suyuti dalam kitab Asrar Tartib Al Qur'an, beliau
menyatakan bahwa Allah SWT memulai kitabnya dengan Surat Al Fatihah karena di
dalamnya tertuang tujuan pokok Al Qur'an(مقاصد القرأن). Beliau juga mengutip pendapat Imam At
Toyyibi yang mengatakan bahwa,
di dalam Surat Al Fatihah terdapat 4 macam ilmu tentang dasar pokok Agama,
diantaranya:
Pertama, Ilmu
Usuluddin (dasar Agama) atau lebih dikenal dengan Ilmu Tauhid, di
dalamnya memuat tentang beberapa hal:
a. Makrifat kepada Allah, hal ini tertuang pada ayat
(الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ)
Artinya: Segala
puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.
Ayat ini
memberi gambaran bahwa hakikat segala macam pujian kebaikan hanya milik Allah
semata, yang terbagi menjadi 4 macam:
1. Allah memuji kepada dirinya sendiri( حمد
قديم لقديم) seperti dalam Al
Qur'an Surat Surat Al An'am 1 yang berbunyi:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ
يَعْدِلُونَ
Artinya: Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi,
dan menjadikan gelap dan terang, namun demikian orang-orang kafir masih
mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu.
2. Allah memberi pujian kepada Makhluknya, seperti Allah memuji
kepada Nabi Muhammad SAW, seperti tertuang dalam Surat Al Ahzab 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
3. Makhluk memuji kepada Penciptanya (حمد
حادث لقديم), misalnya manusia
mendapatkan nikmat selamat dari sebuah kecelakaan, kemudian ia
mengucapkan الحمد لله sebagai bukti
kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.
4. Makhluk memuji ke sesama (حمد حادث
لحادث), misalnya: Ali memuji
kehebatan temannya atas keberhasilannya dalam urusan bisnis.
Dengan demikian
segala bentuk pujian kebaikan, baik yang manusia rasakan, serta semua
kenikmatan, anugerah, pada hakikatnya adalah milik Allah SWT, manusia tak
pantas untuk mengeklaim
sedikit pun.
b. Menjelaskan tentang Kenabian, hal ini tertuang dalam ayat
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Artinya:
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya.
Ayat ini memberi gambaran bahwa
orang yang telah diberikan nikmat, yaitu para Nabi, orang pilihanNya, serta
kepada orang Shalih dan dan para Syuhada’ yang
c.
Membahas urusan Akhirat, hal
ini tertuang dalam ayat Surat Al-Fatihah 4
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Artinya:
Pemilik hari pembalasan.
Ayat ini
menjelaskan tentang adanya hari pembalasan semua amal makhluknya,
Kedua, Ilmu Furu
atau lebih dikenal ilmu fikih yang membahas tentang ibadah dan muamalah
seperti: jual beli, pinjam meminjam, dan lainnya. Hal ini termuat
dalam ayat
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ
Artinya: hanya Engkaulah yang Kami
sembah.
Ketiga, Ilmu
Akhlak, atau lebih spesifik disebut ilmu tasawuf, hal ini tertuang
pada ayat
وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ
Artinya: dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan.
Keempat,
ilmu Sejarah atau kisah orang terdahulu, termasuk orang yang mulia
seperti para Nabi, dan juga orang yang durhaka, hal ini tertuang pada ayat
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
Artinya: (yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat ini menjelaskan kisah orang
orang yang diridhoi Allah yaitu para hambanya yang taat, seperti para Nabi,
begitu juga dibahas tentang orang yang sesat dan dimurkai oleh Allah, yaitu
golongan yang telah menyimpang dari ajaran para Nabinya, yaitu orang Yahudi,
dan Nasrani, hal seperti di paparkan oleh Syeh Nawawi dalam tafsir Munirnya.
BSD, 31 Juli 2017, 13.00 Wib