Idul Fitri sebagai Perekat Hubungan yang Retak

Idul Fitri sebagai Perekat Hubungan yang Retak
Oleh: Moh Afif Sholeh



Dalam diri manusia terdapat keistimewaan tersendiri, begitu juga ada kekurangan yang selalu menyelimuti dirinya. Keduanya sebagai manifestasi dari Kebesaran Sang Pencipta yang menganugerahkan makhluknya saling berpasangan dalam hal apapun, misalnya Allah menciptakan siang dan malam, ada yang kaya serta ada yang miskin, ada laki laki juga ada perempuan, semuanya saling melengkapi satu dan yang lainnya, dan tak bisa dipisahkan, terutama momen Idul Fitri sebagai ajang bercengkerama sesama manusia tanpa memandang perbedaan ras, suku, kepentingan, semuanya sana dihadapan Allah, yang menjadi pembeda hanya iman dan ketaqwaannya. Ada beberapa catatan penting yang berkaitan dengan Idul Fitri, diantaranya:


a. Manusia itu Pelupa

Dalam otak manusia mempunyai kekuatan untuk menyimpan memori yang banyak sekali, namun semakin bertambahnya informasi, ilmu yang diserap lambat laun menjadikan memori yang lama tertutup dengan memori baru, sehingga kesalahan atau perbuatan yang pernah dilakukan, atau janji yang telah diucapkan lupa begitu saja, seperti ungkapan Syair arab yang berbunyi:

وما سمي الإنسان إلا لإنسه ***** ولا القلب إلا أنه يتقلب

Artinya: Tidaklah dinamakan manusia kecuali ia sering lupa. Dan tidaklah dinamakan hati kecuali selalu berubah setiap saat.
Dalam kajian Al Qur'an, Imam As Suyuti dalam Kitab Itmamu Addirayah menyatakan bahwa ada persamaan kata atau disebut المرادف  yang menunjukkan adanya kesamaan arti, seperti manusia mempunyai beberapa  kata yang sering digunakan, Pertama  kata الإنسان yang berarti pelupa. Kedua kata البشر yang berarti terlihat kulitnya.

Dari sini seharusnya manusia belajar untuk sering mencatat akan hal penting dalam hidupnya supaya selalu mengingatnya. 


b. Kesalahan selalu ada pada diri manusia

Sebagai manusia yang bijaksana senantiasa memaklumi kekurangan yang ada pada orang lain, serta memahami bahwa setiap orang pasti mempunyai kesalahan, sehingga mudah untuk memaafkan. Allah berfirman dalam Al Qur'an Surat Al A'raf ayat 199 yang berbunyi:

ﺧﺬ اﻟﻌﻔﻮ ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﻟﻌﺮﻑ ﻭﺃﻋﺮﺽ ﻋﻦ اﻟﺠﺎﻫﻠﻴﻦ

Artinya: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.

Ketika ayat ini turun, Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril:"Apa maksud penjelasan dari ayat ini?".
Jibril menjawab:" Saya akan bertanya kepada orang yang lebih mengetahui. Kemudian Jibril pergi, setelah itu mendatangi Nabi, kemudian ia berkata:"Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk melakukan 3 hal:
Pertama, untuk selalu merekatkan orang yang telah memutuskan tali silaturrahmi.
Kedua, Memberi sesuatu kepada orang yang telah menghalang halangi usahamu.
Ketiga, memaafkan orang yang telah menganiayamu atau menyakiti hatimu. seperti tertuang dalam kitab Tanbihul Gofilin karya Abu Allais Assamarqandi.

Keterangan diatas merupakan anjuran untuk selalu berusaha menjadi manusia yang terbuka, menghargai kekurangan maupun kelebihan orang lain dengan memaafkan kesalahan orang lain serta menghilangkan egoisme dalam diri yang menjadi penghalang segala macam kebaikan maupun kebenaran.

c. Pemaaf sebagai tanda orang yang bertaqwa

Setelah umat islam menjalankan puasa sebulan penuh, yang bertujuan untuk meningkatkan taqwa, ternyata belum cukup lengakap tanpa disempurnakan dengan menunaikan zakat fitrah lalu saling maaf memaafkan di hari idul fitri, semuanya diperuntuhkan agar manusia senantiasa dalam ampunan dan selalu dirahmati oleh Allah, serta terjalin hubungan yang baik sesama manusia, sehingga Hak Allah dan Hak sesama manusia terpenuhi semua, sehingga manusia dikategorikan dalam orang baik(المحسنين) yang selalu dicintai oleh Tuhannya. 
Semoga Ibadah kita di bulan Ramadhan diterima olehNya, serta dijadikanNya hamba yang taat kepadanya.

Depok, 24 Juni 2017, 13.15 WIB