Maka
belajarlah....
oleh: Moh Afif Sholeh
Tiada satu pun manusia yang terlahir ke Dunia ini dalam
keadaan berilmu, hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak mampu merespon
permasalahan dirinya maupun orang lain kecuali dengan adanya proses belajar
yang terus menerus, karena pada hakikatnya ilmu bisa didapatkan dengan cara
belajar, bukan melalui wirid atau tiduran. Belajar tidak harus di sekolahan,
madrasah, kampus, pondok pesantren, melainkan dimana saja kita berada bisa
mendapatkan ilmu yang kita inginkan.
Agama menganjurkan Umatnya untuk selalu belajar, menelaah,
Hal ini sesuai Wahyu pertama yang turun kepada Nabi, yaitu perintah untuk
membaca. Seorang Mufassir asal Tunisia, Ibnu Asyur menjelaskan bahwa tujuan
membaca yang telah dipraktekkan oleh nabi sebagai inspirasi, dan motivasi bagi
umatnya untuk selalu membaca, menulis, dan berkecimpung dalam masalah ilmu.
Peradaban sebuah Bangsa menjadi besar dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu
pengetahuan, serta aplikasi yang nyata disegala lini kehidupan. Namun dibalik
itu semua ilmu tanpa di arahkan oleh Akhlak atau etika akan menjadi bom waktu
yang siap meledak kapan saja. Realita di masyarakat saat ini, banyak orang
pintar baik dari kalangan akademisi, maupun ahli agama yang tersangkut masalah
Korupsi, Narkoba dan lain sebagainya mencoreng nama baiknya, hal ini senada apa
yang dikatakan oleh Albert Einstein: Science without religion is lame, religion
without science is blind, artinya ilmu tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu
buta. Untuk itu ilmu seharusnya menjadi penuntun kita dalam menghadapi apapun
yang akan terjadi menyangkut urusan dunia maupun akhirat.
Dalam sebuah
riwayat dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa: Nabi Sulaiman pernah disuruh memilih
antara 3 hal, pertama ilmu, kedua harta kekayaan, ketiga menjadi seorang raja,
Nabi Sulaiman lantas memilih ilmu sebagai pilihannya maka Allah memberikan semua
kepadanya, hal ini berkat ilmu sebagai modal
untuk menggapai kekayaan, maupun jabatan yang ia inginkan. Keistimewaan ilmu
diantaranya menjaga bagi yang punya, berbeda dengan harta, kita malah menjadi
penjaganya.
Belajar tidak
ada batasan waktu maupun tempat, alasanya adalah untuk merespon masa depan dibutuhkan
ketajaman analisa, serta membuka wawasan, membaca realita sehingga kita tidak
ketinggalan dengan bangsa lain dalam keilmuan maupun bidang lain.
(BSD, 2 Mei 2017, 14.32 Wib)