Menguak Hikmah Bencana Alam

Menguak Hikmah Bencana Alam
oleh: Moh Afif Sholeh
Foto: Batu Alien, Merapi, Yogyakarta


               Beberapa hari yang lalu, banyak musibah yang melanda negeri kita, mulai dari tanah longsor di Ponorogo, banjir di Jakarta maupun luar daerah, serta banyaknya pohon tumbang di pinggir jalan, jika dilihat memakai pendekatan kacamata Agama Musibah berarti segala macam keburukan yang menimpa manusia, hal ini seperti yang diungkapan oleh Imam Munawi dalam kitabnya Atta’arif, Sedangkan menurut Al Jurjani dalam Atta’rifat menjelaskan bahwa Musibah adalah segala sesuatu yang tidak sesuai dengan tabiat/watak manusia seperti kematian dan lainnya. Dari penjelasan di atas  ada beberapa pesan yang tersirat dalam masalah ini:
Pertama, Musibah sebagai teguran buat Bangsa ini, dikarenakan banyaknya kerusakan hutan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, eksploitasi besar-besaran di lautan, serta pencemaran udara yang kian merajalela, hal ini sesuai dengan Surat Ar Rum ayat 41 yang artiya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Kedua, Musibah dipahami sebagai Ujian kepada manusia untuk mengoreksi diri dengan berusaha untuk menjaga nikmat yang telah diberikan kepada manusia, serta tidak merusak alam ini demi kepentingan pribadi maupun kelompok. Dengan adanya ujian ini manusia akan selalu berusaha mengisi kehidupanya dengan perbuatan yang mulia, agar menjadi manusia pilihan.
Ketiga, Musibah sebagai bahan pemersatu bangsa, dengan adanya bencana ini diharapkan setiap hati terketuk untuk berupaya memikirkan nasib orang yang terkena musibah, dengan memberikan bantuan materi dan non materi, disaat bangsa ini diguncang masalah politik.
Dibalik segala apa yag Allah berikan kepada manusia baik berupa kebaikan maupun keburukan tidaklah sia-sia, namun semua mengandung hikmah yang cukup besar di dalamnya, dan ini dikhususkan bagi orang yang bersabar dalam menyikapinya, dalam hal ini sabar dikategorikan menjadi 3 bagian seperti dalam kitab Fathul Al Bari:
1.      Sabar dalam menjauhi kemaksiatan, segala yang dilarang oleh Syari’at Islam baik berupa perkataan maupun perbuatan, secara terang-terangan atau tersembunyi.
2.      Sabar dalam melaksanakan perintah Allah baik berupa amalan yang Wajib atau Sunnah.
3.      Sabar dalam menghadapi Musibah dalam segala bentuknya, baik kematian, kekurangan harta, kelaparan, maupun berbagai macam bencana Alam, dengan mengedepankan Positif Thinking atau Khusnudzon kepada Allah, bahwa setiap manusia yang akan diangkat derajatNya pasti akan diberi ujian dalam kehidupannya.