Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat

Toleransi dalam kehidupan bermasyarakat

Oleh:Moh Afif Sholeh



Allah menciptakan segala mahluknya dengan berbagai macam bentuk, corak, juga karekter manusia yang bermacam suku, bangsa, ras,  yang berbeda beda, tidak lain adalah untuk saling kenal mengenal satu dengan yang lain, untuk mencari kesamaan, bukan mencari perbedaan, memperkokoh  persatuan,  bukan untuk perpecahan, supaya saling memahami, mengerti satu dengan yang lain.


Maka untuk mewujudkan masyarakat yang makmur serta aman dibutuhkan keadilan disemua lini kehidupan,  dalam arti adil menempatkan sesuai porsi, kemampuan masing masing individu serta tidak condong memihak ke salah satu pihak tertentu, karena Allah mengutus para RasulNya, serta menurunkan kitab suci tidak lain bertujuan untuk memberikan keadilan terhadap semua manusia.
Dalam al Qur'an Allah menjelaskan manusia yang paling mulia dihadapanNya adalah yang paling bertaqwa, paling sempurna menjalankan perintahnya,  baik hal wajib,  maupun yang sunnah,  serta yang paling mampu menjauhi segala yang hal dilarang,  baik melalui perkataan maupun per buatan yang ditujukan buat sesama manusia, atau pun mahluk yang lain.

jadi, lebih tegasnya Allah tidak melihat hambanya dari segi materi,  namun melihat dari esensi pancaran hati yang di tuangkan melalui perbuatan yang dilakukanya. izzudin bin abdi salam dalam kitabya Qowaid al Sugra menjelaskan tentang tingkatan konsep ihsan dalam 3 tahapan:

1. Ihsan dalam ibadah, merupakan tingkatan paling tinggi, sebagai bentuk pengabdian diri kepada Tuhanya, melalui ritual ritual agama yang telah ditetapkan oleh syari'at islam. 
2. Ihsan terhadap dirinya, dengan menjalankan segala kebaikan yang manfaatnya akan dirasakan olehnya maupun menjauhkan larangan yang akan membuatnya celaka. 
3. Ihsan ke semua mahluk,  baik sesama manusia, hewan, tumbuhan,  atau mahluk yang lain, dengan berusaha memberikan kemanfaatan terhadap orang lain,  serta menjaga alam sekitar sebagai tempat untuk berpijak.

Dalam al qur'an menganjurkan untuk menghargai pemeluk agama lain, dengan tidak mengolok sesembahan mereka karena akan menimbulkan perpecahan yang mengatas namakan agama, hal ini sesuai dengan Surat Al-An'am 108 yang berbunyi:

(وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
artinya: Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.
ayat ini menjelaskan tentang larangan mencela sesembahan orang non muslim, karena hakikatnya sama dengan mencela Tuhan kita sendiri, seperti pendapat Syeh Nawawi dalam tafsirnya, juz1, halaman 340.
 اﻟﻄﺎﻋﺔ ﺇﺫا ﺃﺩﺕ ﺇﻟﻰ ﻣﻌﺼﻴﺔ ﺭاﺟﺤﺔ ﻭﺟﺐ ﺗﺮﻛﻬﺎ ﻓﺈﻥ ﻣﺎ ﻳﺆﺩﻱ ﺇﻟﻰ اﻟﺸﺮ ﺷﺮ
artinya: sebuah ketaatan ketika mendatangkan kemaksiatan,  maka harus ditinggalkan,  karena sesuatu yang mendatangkan kejahatan,  termasuk kategori kejahatan juga.
Semoga perbedaan menjadikan kita lebih dewasa dalam menghadapinya,  sehingga terwujud masyarakat yang yang aman dan tentram.